Friday, July 30, 2010

KAU SAHABAT KAU TEMAN SEJATI....

TUHAN LEBIH MENYAYANGIMU...
AKU SENTIASA MENDOAKANMU...
KAMI RINDU GELAK TAWA MU...
SELAMA PERSAHABATAN KITA INI....
AKU HARGAINYA....
ALLAHYARHAM ZULKHAIRIL AZMI MD BUKHARI

TANGGAL 30 JULAI 2010...
KAU PERGI MENINGGALKAN KAMI BUAT SELAMANYA MENEMUI KEKASIH SEJATI..
SEMOGA PERSAHABATAN KITA BERKEKALAN HINGGA AKHIR HAYAT...
SEMOGA ENGKAU TERGOLONG DALAM GOLONGAN ORANG YANG SOLEH..

Sunday, July 25, 2010

My Name Is Khan..I'm Not A Terrorist...



      Cerita nie memang best..Shah Rukh Khan memang pemegang watak utama yang paling gentlemen..tp para pembaca kena peka jalan cerita ini yang amat mengelirukan....selepas saya menonton cerita ini banyak menunjukkan Islam ini macam diperkotak-katikan...ada satu babak yang dimana Shah Rukh Khan berkahwin dengan Kajol...padahal Kajol Hindu n Shah Rukh Khan itu Muslim...mereka kahwin tanpa Kajol menukar agama...seperti yang berlaku di Indonesia boleh kahwin berlainan agama Iaitu Panca Sila...kita kena ambil iktibar daripada cerita ini...saya bukan nak mengkritik cerita ini...tetapi nak menyedarkan orang yang tidak tahu tentang perkara ini...kahwin campur adalah tidak dibenarkan dalam islam...kebaikan cerita ini ialah kita sebagai muslim adalah bersaudara..dalam cerita ini Shah rukh Khan telah pergi ke Welhimina untuk berjumpa Mamma Jenny kerana taufan telah meranapkan seluruh Georgia...oleh dengan bantuan Bobby penyiar berita...ramai yang menghulurkan bantuan...sesiapa yang belum menonton cerita nie jangan lepaskan peluang ini...ramai2 kita tonton cerita My Name Is Khan...ambil yang baik daripada cerita ini...insyallah...

Tuesday, July 20, 2010

SABDA NABI MUHAMMAD S.A.W


Nabi s.a.w. baginda bersabda:
Aku dan orang-orang yang menjaga anak yatim berada di dalam syurga seperti ini. Baginda memberi isyarat dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah baginda
(Hadis riwayat Imam Bukhari)

SABDA NABI MUHAMMAD S.A.W


Dari ibnu Umar r.a. berkata, sabda Rasulullah s.a.w.
"Bila kamu berada pada waktu petang maka janganlah menantikan waktu pagi. Dan bila kamu berada pada waktu pagi, maka janganlah menantikan waktu petang. Pergunakanlah masa sihatmu untuk waktu sihatmu, dan pergunakanlah masa hidupmu untuk saat kematianmu."
(Riwayat Bukhari)

Tuesday, July 13, 2010

SIAPA YANG NAK BERTANGGUNGJAWAB??


Pada 12 hingga 21 julai 2010, Malaysia telah menjadi  tuan rumah untuk sukan  sekolah-sekolah ASEAN 2010 di Kuala Lumpur. Oleh itu, beberapa Institut Pendidikan Guru  Lembah Klang telah dipilih untuk melakukan persembahan Human Graphic semasa upacara pembukaan. Antara IPG yang terlibat ialah Ipg Kampus Pendidikan Islam, Ipg Kampus Raja Melewar, Ipg Kampus Ilmu Khas, Ipg Kampus Teknik, Ipg Kampus Bahasa Antarabangsa dan Ipg Kampus Bahasa Melayu. Selama tiga hari kami membuat persiapan. Disini saya ingin cerita sedikit pengalaman yang saya alami sepanjang program ini. Banyak perkara yang ingin saya kongsikan. Dalam upacara ini kita bercampur antara lelaki dan perempuan. Maka ikhtilat (pergaulan bebas) semakin berleluasa. Saya lihat ramai bakal cikgu yang tidak menjaga batas-batas pergaulan. Selain itu, mereka memakai pakaian yang menjolok mata. Dimanakah kewajipan kita menutup aurat??...hilang begitu sahaja kah??....Allah SWT telah menyuruh kita menutup aurat  kita bagi lelaki dan perempuan..dalam surah  An-Nur ayat 31:


Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.   
 

Kita patut sedih dengan anak bangsa kita sendiri..kalau hendak cerita tentang pakaian mereka masa itu..Nauzubillah…tapi sini ada satu cerita yang membimbangkan kita semua..selepas solat zuhur, kami berjumpa dengan sekumpulan budak-budak bermain bola tin…salah seorang daripada kami pun berbual dengan salah seorang daripada mereka..
Sahabat kami: adik, nama pe?
Adik : nama saya Syam..
Sahabat kami: adik, sekolah ne?
Adik Syam: sekolah St John Kl
Sahabat kami: oyeke…baguslah…adik, nanti ajak kawan2 g solat tau…
Adik Syam: solat???
Sahabat kami: solat zuhur tau x??
Adik Syam: ermmm….tau..tau…ok…
Sahabat kami: jangan lupe tau…salam…

Kami risau kerana anak-anak kecil sekarang ini sudah lupa akan tanggungjawab menunaikan solat…Dimanakah peranan Ibubapa sebagai penggerak pertama dalam kehidupan mereka??....adakah ini faktor keluarga,rakan sebaya, media massa..atau pendidikan Agama Islam disekolah???....fikir2kan lah…tepuk dada Tanya iman masing2…
Wallahua’alam….sebagai renungan bersama…

Wednesday, July 07, 2010

PERSOALAN TENTANG ISRAILIYAT


Seorang sahabat telah bertanya kepada ana tentang Israiliyat...disini ana sedia satu artikel tentang Israiliyat untuk bacaan kite bersama...insyallah...


Oleh: Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullaahu
Israiliyat adalah kabar-kabar yang kebanyakannya dinukilkan dari orang-orang Yahudi Bani Israil dan sebagian kecil berasal dari orang-orang Nashara.
Kisah-kisah Israiliyyat terbagi menjadi tiga macam:

1. Kisah yang dibenarkan oleh Islam, maka hal tersebut adaah haq. Contohnya: Imam Al-Bukhari dan yang lainnya meriwayaAtkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, dia mengatakan: “Datang salah seorang pendeta Yahudi kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, dia berkata: ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya kami menjumpai (dalam kitab suci kami, pent.) bahwa Allah ‘Azza wa Jalla akan meletakkan semua langit di atas satu jari, semua bumi di atas satu jari, pohon-pohon di atas satu jari, air di atas satu jari, tanah di atas satu jari dan seluruh makhluk di atas satu jari, maka Allah berfirman: ‘Akulah Raja.’’ Mendengar hal tersebut, tertawalah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sehingga nampak gigi-gigi geraham beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena membenarkan ucapan pendeta Yahudi itu. Kemudian beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah ‘Azza wa Jalla:
وَمَا قَدَرُوا اللهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأَرْضُ جَمِيْعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِيْنِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar: 67)

2. Kisah yang diingkari oleh Islam dan dipersaksikan bahwa kisah tersebut adalah dista, maka ini adalah bathil. Contohnya, Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir radhiyallaahu ‘anhu bahwa dia berkata: “Dahulu orang Yahudi apabila ‘mendatangi’ istrinya dari belakang berkata: ‘Anaknya nanti bermata juling’, maka turunlah firman Allah ‘Azza wa Jalla:
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ
“Istri-istrimu adalah seperti tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tempat bercocok tanammu bagaimana saja kamu menghendaki.” (QS. Al-Baqarah: 223)

3. Kisah yang Islam tidak membenarkan tidak pula mengingkarinya, maka kita wajib mendiamkannya. Berdasarkan hadits yang telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bahwa dia berkata: “Dahulu Ahlul Kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan mereka menafsirkannya untuk orang-orang Islam dengan bahasa Arab, maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan kalian benarkan Ahlul Kitab dan jangan kalian dustakan mereka namun katakanlah: آمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ (Kami beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan pada apa yang telah diturunkan kepada kami dan apa yang telah diturunkan kepada kalian).”
Bercerita dengan kabar seperti ini boleh apabila tidak ditakutkan menyebabkan terjatuhnya seseorang ke dalam larangan, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat dan tidak mengapa kalian menceritakan tentang Bani Israil. Barangsiapa sengaja berdusta atas namaku maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Al-Bukhari)
Kebanyakan berita yang diriwayatkan dari Ahlul Kitab dalam hal ini tidak mempunyai manfaat untuk urusan agama, seperti penetuan warna anjing Ashhabul Kahfi dan yang lainnya.
Adapun bertanya kepada Ahlul Kitab tentang suatu perkara agama maka hukumnya haram, berdasarkan hadits yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan kalian bertanya sesuatu kepada Ahlul Kitab karena mereka tidak akan memberi petunjuk bagi kalian dan sungguh mereka telah tersesat, karena bisa jadi kalian akan membenarkan sesuatu yang batil atau mendustakan yang haq. Seandainya Musa ‘alaihis salaam hidup di antara kalian, maka tidak halal baginya kecuali mengikutiku.”
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma bahwa dia berkata: “Wahai kaum muslimin! Bagaimana kalian bisa bertanya sesuatu kepada Ahlul Kitab sedangkan Al-Qur’an yang Allah ‘Azza wa Jalla turunkan kepada Nabi kalian telah menceritakan sesuatu yang benar dan murni tentang Allah ‘Azza wa Jalla. Allah ‘Azza wa Jalla telah memberitahukan kepada kalian bahwa Ahlul Kitab telah mengganti dan merubah isi Al-Kitab kemudian mereka menulisnya sendiri dengan tangan-tangan mereka, lalu berkata ‘Ini berasal dari Allah ‘Azza wa Jalla’, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatannya. Tidakkah pengetahuan kalian tentang (pengkhiatan) mereka itu memalingkan kalian dari bertanya kepada mereka. Lalu, sekali-kali tidak demi Allah! Tidak pernah kami melihat seorangpun dari Ahli Kitab bertanya kepada kalian tentang apa yang telah diturunkan kepada kalian.”

Sikap Ulama tentang Kisah-kisah Israiliyat
Para ulama terutama ulama ahli tafsir berbeda pendapat dalam menyikapi berita-berita israiliyat, mereka terbagi menjadi tiga kelompok:
1. Di antara mereka ada yang banyak meriwayatkan kisah-kisah ini dengan menyebutkan sanad-sanadnya dan berpandangan bahwa dengan menyebutkan sanad-sanadnya maka telah gugur tanggung jawabnya. Di antara mereka adalah Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullaahu.
2. Di antara mereka ada yang banyak meriwayatkan kisah-kisah israiliyat dan kebanyakan tanpa menyertakan sanadnya, maka ibarat (mereka) adalah pencari kayu bakar di malam hari.[1]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaahu berkomentar tentang kitab Tafsir Al-Baghawirahimahullaahu: “Itu adalah ringkasan dari Tafsir Ats-Tsa’labi, hanya saja Al-Baghawi menjaga tafsirnya dari hadits-hadits maudhu’ (palsu) dan pemikiran-pemikiran yang bid’ah.” Sedangkan Syaikhul Islam rahimahullâhu mengomentari tentang Tsa’labi bahwa dia adalah pencari kayu bakar di malam hari karena Tsa’labi menukilkan semua yang dia dapati dari kitab-kitab tafsir baik shahih, dha’if ataupun maudhu’.
3. Di antara mereka ada yang banyak meriwayatkan kisah-kisah ini lalu ada ulama yang mengkritik sebagian riwayatnya bahwa itu dhaif atau mungkar. Contohnya Ibnu Katsir.
4. Di antara mereka ada yang berlebihan dalam menolak kisah-kisah israiliyat dan sama sekali tidak menyebutkan dalam kitab tafsir Al-Qur’an-nya. Contohnya Muhammad Rasyid Ridha.
Footnote:
[1] Ini bahasa kiasan yang sering dipakai ulama kita bagi seorang yang menempuh langkah atau bicara asal-asalan yang akan membahayakan dirinya, sebab malam gelap boleh jadi dia mengambil ular sedangkan dikiranya kayu bakar, wallahu a’lam, ed.
(Dinukil dari أصول في التفسير karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, edisi Indonesia: Bagaimana Kita Memahami Al-Qur’an, penerjemah: Muhammad Qawwam, Lc., Abu Luqman, penerbit: Cahaya Tauhid Press Malang, cet. ke-1 Muharram 1427H/Pebruari 2006M, hal. 89-92, untuk http://almuslimah.co.nr)


Sunday, July 04, 2010

Ikhtilat berleluasa di Malaysia


Realiti hari ini menyaksikan manusia lelaki dan wanita telah bolos daripada pegangan agamanya sebagaimana bolosnya anak panah dari busarnya. Sifat, sikap, adab dan disiplin pergaulan jauh sekali daripada ajaran Islam. Dalam fenomena seperti ini perkataan ikhtilat “pergaulan antara lelaki dan wanita ajnabi” tentu sekali menjadi persoalan yang mengancam kesejahteraan masyarakat dan keutuhan agama.



Oleh kerana itu ulama-ulama Islam satu masa dahulu secara tegas merrghukumkan masalah ikhtilat di sekolah, di pasar dan di mana-mana tempat adalah haram. Wanita lslam pula dididik agar mengutamakan rumah daripada pekerjaan. Oleh kerana itu isu wanita bekerja dan apatah lagi berpolitik adalah satu isu yang ditegah pada satu masa dahulu. Sejajar dengan Firman Allah yang bermaksud; Dan tetaplah di rumah-rumah kamu.



Apakah ikhtilat itu haram?



Fiqh semasa pada kali ini akan menghuraikan hukum pergaulan antara lelaki dan perempuan dalam berbagai sempena dari segi dalil, skop perbincangan dan batas-batas pergaulan. Contohnya wanita di tempat kerja, di pasar, di pentas dan bergelut di bidang politik. Adakah ia harus melakukan kerja-kerja yang seperti itu padahal dia terpaksa bergaul, bercakap dan bersemuka dengan bukan muhram dan bukan kaum sejenis mereka. Fenomena seperti ini diistilahkan oleh ulama kini sebagai: “ikhtilat”. Oleh itu untuk menghurai persoalan ini kita perlu terlebih dahulu menghurai perkataan iktilat dari segi bahasa dan syariat.



Bahasa



Dari segi bahasa, ikhtilat bererti: meramukan, menggaul sesuatu dengan sesuatu yang lain yakni mencarnpurkannya.


Istilah Syariat

Yang dimaksudkan dalam perbahasan ini ialah: Percarnpuran wanita dengan lelaki iaitu perkumpulan mereka pada satu tempat, sama ada dalam bentuk kumpulan atau bersendirian. Percampuran di satu tempat selalunya menyebabkan mereka bertemu antara satu sama lain, berpandangan dan bertegur sapa. Apa hukum ikhtilat dalam konteks yang seperti?

Ikhtilat seperti yang dijelaskan pada asalnya adakah haram atau halal? Untuk mengetahui jawapan, kita utarakan pertanyaan berikut: Adakah wanita sepenuhnya seperti lelaki dalam bercampur dengan lelaki ajnabi? Yakni adakah percampuran mereka dengan lelaki sama dengan percampuran lelaki dengan lelaki, tanpa ada perbezaan?

Jawapannya ialah; Tidak, secara pastinya tidak. Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahawa pergaulan wanita dengan lelaki sama dengan pergaulan lelaki dengan lelaki. Kerana asasnya pergaulan lelaki sesama lelaki adalah harus, tetapi pergaulan lelaki dengan wanita tidak begitu. Maka kalau itu asasnya, pergaulan lelaki dan wanita adalah haram, bukan harus.

Percampuran yang diharamkan

Setelah kita mengetahui asal hukum pergaulan antara leiaki dan perempuan adalah haram, maka la adalah suatu perkara yang wajib dihindarkan kecuali dalam keadaan terpaksa atau keperluan yang mendesak. Syeikh Abd. Karim Zaidan dalam kitabnya `al-mufassat fi al-mar ah’ ynag masyhur menyebutkan contoh-contoh keadaan tersebut seperti di bawah:


Pertama: Harus kerana terpaksa (dhorurah) Ikhtilat yang berlaku kerana tekpaksa seperti yang disebutkan oleh Imam Nawawi dengan katanya: Berkata ahli mazhab Syafei: Tidak ada perbezaan dalam pengharaman khulwah (berdua-duaan) sama ada dalam solat atau selainnya. Dikecualikan daripada hokum ini kedaaan-keadaan dhorurat, seperti jika seseorang lelaki ajnabi mendapati seorang wanita ajnabi bersendirian di jalan, jauh daripada kumpulan manusia tersebut jika dibimbangi keselamatannya, maka pada ketika itu wajib tanpa khilaf. Antara contoh dhorurah yang lain ialah seperti seorang lelaki ajnabi melarikan wanita dengan tujuan menyelamatkannya daripada diperkosa, jika itu adalah satu-satu jalan untuk menyelamatkan wanita tersebut.



Kedua:Harus kerana keperluan(hajat) Ulama berkata, hajat mengambil peranan dhorurah dalam mengharuskan perkara yang haram. Di sana dicatatkan beberapa keperluan yang dianggap mengharuskan ikhtilat antara lelaki dan perempuan.


Ikhtilat kerana urusan jual beli yang dibenarkan oleh syarak. Harus bagi wanita bercampur dengan lelaki semasa berjual-beli, melakukan tawar-menawar, memilih barang dengan syarat tidak berlaku khulwat (berdua-duaan) dan memelihara adab-adab pergaulan.

Ikhtilat kerana melakukan kerja kehakiman. Wanita harus menjadi hakim dalam perkara selain hudud di sisi Hanafiah dan dalam semua perkara di sisi az-Dzohiriah dan Imam at-Tobari. Sudah termaklum kerja sperti ini mengundang percampuran dengan kaum lelaki yang terdiri daripada pendakwa, tertuduh, saksi dan lain-lain.
Ikhtilat kerana menjadi saksi. Islam mengharuskan wanita menjadi saksi dalam kes berkaitan dengan harta dan hak-haknya. Seperti dinyatakan dalam ayat akhir surah al-Baqarah. Menjadi saksi akan mendedahkan diri kepada percampuran dengan lelaki ajnabi.
Ikhtilat kerana amar ma’ruf nahi munkar. Ibnu Hazmin telah menyebutkan dalam kitabnya ‘al-Muhalla’ bahawa Umar al-Khattab (r.a) telah melantik al-Syifa’ menjadi penguatkuasa perbandaran. Sudah tentu beliau akan bercampur dengan lelaki ketika menjalankan tugasnya.
Ikhtilat kerana melayan tetamu. Harus bagi wanita melayan tetamu bersama suaminya dan jika ada alas an yang syarei seperti tujuan memuliakan tetamu dan sebagainya walaupun terpaksa bercampur dengan tetamu. Dalam hadis Bukhari, ada diriwayatkan bahawa Ummu Usaid melayani Rasulullah (SAW) dengan menghidangkan makanan dan menuangkan minuman untuk baginda (SAW).
Ikhtilat kerana memuliakan tetamu dan jika perlu makan bersamanya. Harus bagi wanita makan bersama tetamu kerana tujuan memuliakan tetamu atau tujuan lain yang syarei. Muslim meriwayatkan kisah satu keluarga yang ingin memuliakan Rasulullah SAW dan bertamukan baginda. Oleh kerana makanan yang sedikit, mereka memadamkan api dan memperlihatkan bahawa mereka makan bersama-sama banginda. Ini bereri bahawa orang ansor dan isterinya itu duduk bersama tetamu untuk makan bersama, walaupun mereka tidak makan, kerana mengutamakan tetamu.
Ikhtilat dalam kenderaan awam. Harus bagi wanita keluar rumah kerana menunaikan kerja-kerjanya yang diharuskan, walaupun terpaksa bercampur dengan lelaki ajnabi, seperti keluar untuk menziarahi dua ibu-bapanya, membeli-belah dan ke hospital, meski pun ia terpaksa menaiki kenderaan awam yang menyebabkan berlaku percampuran dengan penumpang lain dari kalangan lelaki ajnabi, dia mungkin dudukatau berdiri ditepinya. Percampuran ini diharuskan oleh keperluan yang syarei.
Ikhtilat kerana kerja-kerja jihad. Antara contoh pergaulan sewaktu jihad ialah seperti membawa air, merawat pesakit dan seumpamanya. Semua perkara tersebut adalah harus dilakukan oleh wanita kerana maslahah syariah. Bukhari menyebut dalam sahihnya daripada Ar Rabei binti Muawwiz katanya: Kami bersama Nabi SAW merawat pesakit, memberi minum dan menghantar jenazah yang terbunuh ke Madinah.
Ikhtilat untuk tujuan belajar atau mendengar nasihat. Antara suasana yang diharuskan , ikhtilat dengan tujuan mengajar agama kerana Bukhari meriwayat­kan bahawa Rasulullah (s.a.w.) keluar pada satu hari raya dan sembahyang dua rakaat. Setelah selesai solat baginda berpusing mengarah wanita. Baginda menasihati mereka dan menyuruh mereka bersedekah, bersama baginda ialah Bilal.
Ikhtilat dalarn suasana yang teiah menjadi adat kebiasaan. Tersebut dalarn kitab Muwatta persoalan: Adakah harus bagi wanita makan bersama hamba atau lelaki bukan muhramnya? Berkata Malik: Tidak ada halangan pada perbuatan tersebut, jika dalam ruang uruf bahawa wanita makan bersama lelaki tersebut. Kadang-kadang wanita makan bersama suami dan mereka yang sering makan bersama suaminya. Antara contoh yang berlaku pada zaman ini ialah percampuran sewaktu menziarahi sanak saudara atau rakan taulan.Dalam suasana yang seperti in i akan berlaku percampuran antara lelaki dan perempuan dalam satu bilik, makan pada satu meja dan sebaginya. Ini semua diharuskan selama terpelihara adab-adab Islamiah.

Pengecualian Bagi Hukum Asal



Unsur Darurat




pergaulan perempuan dan lelaki ajnabi yang dikategorikan sebagai darurat atas tujuan memberikan perlindungan atau menyelamatkan perempuan itu daripada bahaya adalah diharuskan dengan syarat tidak ada tujuan-tujuan lain. Hukum ini adalah satu pengecualian dari hukumnya yang asal iaitu haram.




Apabila Wujud Keperluan atau Hajat






Muamalat Maliyyah (urusan harta)




Perempuan dibenarkan bergaul dengan lelaki dalam urusan yang melibatkan harta seperti jual beli atau lain-lain transaksi. Ini adalah kerana urusan sebegini memerlukan interaksi antara dua pihak sebelum berlaku aqad.




Penyaksian (urusan mahkamah)




Penyaksian waita diterima syara.Di dalam kes-kes tertentu seperti dalam kes harta dan berkaitan.




Urusan kerja




Wanita diharuskan keluar rumah untuk bekerja dengan izin suami atau penjaganya. Urusan kerja kebiasaannya melibatkan pergaulan wanita dengan lelaki. Tambahan pula bilangan tempat kerja yang mengasingkan antara lelaki dan perempuan secara total amat terhad.




Melayani tetamu




Harus bagi seorang wanita melayani tetamunya dengan syarat ia mestilah ditemani oleh suami atau mahramnya. Ini kerana, kewujudan suami atau mahramnya untuk mengelakkan berlakunya 'khalwah' (bersunyi-sunyian) antara seseorang wanita dan tetamunya. Begitu juga, harus bagi seseorang wanita untuk makan bersama tetamunya dengan kehadiran suami atau mahramnya bagi menjaga hak-hak tetamu.




Keperluanlain yang tidak bertentangan dengan syariat




Oleh itu pergaulan yang berlaku contohnya dalam kenderaan awam dibolehkan atas alasan ianya adalah keperluan yang mendesak. Namun demikian, keharusan ini tertakluk kepada syarat perempuan itu keluar rumah bukan untuk tujuan yang tidak syarie seperti untuk berpoya-poya. Ia mestilah bertujuan syarie seperti bekerja untuk menyara diri atau keluarga, menziarahi keluarga, pesakit dan sebagainya. Begitu juga keadaannya jika seseorang wanita perlu ke tempat-tempat awam seperti stesen bas, keretapi, pasaraya dan sebagainya.




Pergaulan menurut kebiasaan adat dalam majlis-majlis




Pergaulan antara lelaki dan perempuan di dalam majlis-majlis keramaian yang tidak bertentangan dnegan syarak seperti kenduri kendara atau majlis-majlis keraian, ziarah keluarga atau jiran serta sahabat, melayan tetamu dan sebagainya dibolehkan.




Pergaulan semasa belajar




Umum mengetahui bahawa situasi keadaan di Malaysia di mana semua rakyatnya berhak untuk mendapatkan pendidikan. Walaubagaimanapun, mungkin timbul dalam usaha menuntut ilmu ini, persoalan tentang pergaulan yang mungkin wujud semasa proses pembelajaran tersebut. Sebagai pelajar sudah tentu akan wujud bentuk komunikasi antara rakan sekelas seperti bertanya soalan, study group dan tugasan secara berkumpulan dan sebagainya. Semua ini jelas menunjukkan betapa pergaulan tidak dapat dielakkan semasa proses pembelajaran.


Adab-Adab Ikhtilat dalam Islam > Tidak bersentuhan antara perempuan dan lelaki ajnabi. > Tidak melihat perempuan atau lelaki secara mengamati dan menaikkan syahwat. > Memelihara aurat dan kehormatan. Aurat lelaki adalah antara lutut dan pusat manakala aurat perempuan adalah seluruh tubuh badan kecuali muka dan tangan. > Tidak mengeluarkan kata-kata keji, lucah atau menunjukkan tingkahlaku yang mendorong kepada melakukan maksiat. > Tidak berdua-duaan terutama di tempat sunyi dan gelap.

Ikhtilat

Kalau belajar, mesti bercouple; berkumpulan mesti bercampur lelaki dan perempuan. Konon-kononya menambahkan lagi semangat untuk mengulangkaji dan belajar. Katanya, menambahkan lagi keceriaan untuk belajar. Entahlah... Aku pun tak tau benarkah kata-kata sebegitu. Aku, sekolah bermula dari sekolah menengah, semuanya lelaki. Dan masuk IPT pun, tak dicampurkan 2 jantina. Kuliah pun semuanya lelaki. 'Kemanisan' belajar dan mengulangkaji campur aduk jantina ni, aku tak tau nak buktikan. Mungkin kalian boleh buktikan. Bila sebut hal ikhtilat ni, mungkin ramai yang memandang remeh. Zaman moden sekarang ni, tak memandang dah soal-soal sebegini. Maklum lah, diliberalkan Islam sekarang ni. Jika ada suara yang menyekat apa jua bentuk ikhtilat yang dilarang Islam, dikatakan jumud dan konservatif. Aku sentuh hang, hang sentuh aku adalah perkara biasa yang menambahkan lagi kecerian belajar.

Bila penat belajar, pergi ke kafe bersama-sama. Mungkin makan bersama ni, menambahkan lagi kekeyangan perut. Senario keluar malam berdua-duan, adalah perkara biasa di semua kampus. Tak ceria kampus kalau tak ada istilah 'couple'. Semua sedia maklum, Allah berfirman di dalam al Quran sekira-kira maksudnya: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Israaa : 32)

Kawan-kawan, salah satu agenda kuffar untuk merosakkan Islam itu, ialah memusnahkan pemuda-pemudi Islam. Bila rosakknya pemuda-pemudi Islam, dalam tempoh masa mendatang akan memincangkan masyarakat Islam. Salah satunya ialah menyuntik virus pergaulan bebas lelaki dan perempuan tanpa sepadan Iman dan Taqwa. Bila dah bebas, yang selalu meransangkan dan menghangatkan lagi kegersangan jiwa pemuda-pemudi ialah syaitan. Maka, berlakulah apa yang tak sepatutnya berlaku.

Islam menutup apa jua jalan untuk menuju kepada perzinaan. Ayat ini, hendaklah selalu kita dengarkan kepada pemuda-pemudi sekarang, agar selalu memperingati akan peringatan Allah SWT.

Kalendar pengajian dunia kampus musim baru sudah bermula. Pelajar-pelajar baru akan memasuki alam IPT, alam yang penuh dengan cabaran zahir dan batin. Oleh yang sedemikian, marilah kita pagari diri kita dengan keimanan dan ketaqwaan. Moga-moga kita mampu mengawal diri.

Hamba Allah yang baik, antaranya adalah selalu menginsafi diri. Silap langkah dalam kehidupan, kembali kepada jalan hidayah. Istigfar selalu. Manusia yang jauh dari hidayah Allah, bila melakukan dosa tak merasai titik hitam di hati. Hamba Allah yang disukaiNya, bila lakukan dosa kembali bertaubat.

Jom kita tutup aurat kita.....




SATU ketika dulu, ramai mengatakan memakai tudung itu hanyalah sunat muakad atau tidak wajib. Kalau tidak memakai tudung, hanya berdosa kecil. Kononnya sebaik saja mengambil wuduk untuk bersolat lima waktu, secara automatik dosa kita dibasuh dan terhapus.


Apabila bergaul dengan pelbagai bangsa dan agama, kita banyak mendengar dan membaca bagaimana media barat memomokkan kod pakaian wanita Islam yang dikaitkan dengan maruah dan harga diri.

Di satu sudut lain, ada wanita Islam yang bertudung dan menyangkakan mereka sudah menutup aurat, tetapi masih mengenakan seluar jeans yang ketat, kemeja T menampakkan pakaian dalam atau yang hanya layak dipakai oleh adiknya berumur 10 tahun.

Ada juga yang mengenakan tudung, tetapi memakai kain terbelah sehingga menampakkan peha, pakaian terbelah di dada, kemeja T berlengan pendek dan ada kalanya memakai skirt separas betis. Persoalannya apakah ciri pakaian menutup aurat bagi wanita Islam?

Aurat berasal daripada bahasa Arab, ‘Aurah’ yang bererti kurang. Di dalam fiqh, aurat diertikan sebagai bahagian tubuh seseorang yang wajib ditutupi daripada pandangan orang lain. (Wahbah al-Zuhayli (1989), al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Damsyik: Dar al-Fikr, halaman 579)

Walaupun ulama berkompromi mengenai had aurat yang perlu ditutup oleh wanita, namun mereka bersepakat mengatakan hukum menutup aurat bagi setiap wanita Muslim yang baligh adalah wajib. Untuk memenuhi syarat menutup aurat, pakaian seseorang wanita mestilah memenuhi syarat berikut:

# Menutupi had aurat yang sudah ditetapkan.

Jumhur ulama bersepakat mengatakan aurat bagi wanita baligh ialah seluruh tubuhnya kecuali muka dan tapak tangan. Oleh itu, mereka wajib menutup aurat daripada dilihat oleh lelaki ajnabi (bukan mahram).

Allah berfirman yang bermaksud: “Dan hendaklah mereka (wanita) menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka.” (Surah al-Nur, ayat 31)

Firman Allah lagi yang bermaksud: “Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (ketika mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (Surah al-Ahzab, ayat 59).

Ayat itu Allah memerintahkan supaya Nabi Muhammad SAW menyuruh isteri Baginda mengenakan pakaian yang menutup aurat. Suruhan itu juga ditujukan kepada semua wanita beriman.

# Pakaian yang longgar.

Tujuan utama wanita diwajibkan menutup aurat ialah untuk mengelakkan daripada lelaki ajnabi melihat tubuh badannya dan mengelakkan daripada berlakunya fitnah. Oleh itu, pakaian yang ketat walaupun tebal sudah pasti akan menampakkan bentuk tubuh badan. Wanita yang memakai pakaian ketat walaupun menutupi seluruh tubuh masih belum memenuhi tuntutan menutup aurat seperti dikehendaki syarak.

Syarat ini berdasarkan kepada kata Dahiyyah bin Khalifah al-Kalbi yang bermaksud: “Rasulullah SAW didatangi dengan beberapa helai kain ‘qubtiyyah’ (sejenis kain yang nipis buatan Mesir), lalu Baginda berkata: “Bahagikan kain ini kepada dua, satu daripadanya dibuat baju dan bakinya berikan kepada isterimu.” Apabila aku berpaling untuk beredar Baginda berkata: “Dan suruhlah isterimu meletakkan kain lain di bawahnya (supaya tidak nampak bentuk tubuhnya).”

Menurut Ibn Rusyd, ‘qubtiyyah’ ialah pakaian yang tebal tetapi melekat pada badan kerana ianya ketat dan menampakkan bentuk tubuh pemakainya. Oleh itu, Rasulullah SAW menyuruh Dahiyyah menyuruh isterinya melapik pakaian itu dengan kain lain supaya tidak menampakkan bentuk tubuhnya.

# Pakaian yang tidak jarang.

Syarak menetapkan pakaian wanita mestilah tidak jarang sehingga menampakkan bentuk tubuh atau warna kulitnya. Aisyah meriwayatkan bahawa saudaranya, Asma, pernah masuk ke rumah Rasulullah SAW dengan berpakaian tipis sehingga nampak kulitnya. Rasulullah SAW berpaling dan mengatakan: “Hai Asma, sesungguhnya seorang perempuan bila sudah datang waktu haid, tidak patut diperlihatkan tubuhnya itu, melainkan ini dan ini sambil ia menunjuk muka dan kedua telapak tangannya.”

Teguran Rasulullah SAW terhadap Asma jelas menunjukkan bahawa pakaian yang jarang tidak memenuhi syarat menutup aurat bagi wanita baligh.

# Bukan pakaian yang menarik perhatian (pakaian syuhrah).

Apa yang dimaksudkan pakaian untuk bermegah ialah pakaian yang berlainan daripada pakaian orang lain sama ada dari segi warna, fesyen atau potongan sehinggakan menarik perhatian orang lain serta menimbulkan rasa bongkak pada pemakainya.

Ibn Umar meriwayatkan daripada Nabi SAW bahawa Baginda bersabda yang bermaksud: “Barang siapa yang memakai pakaian bermegah-megah maka Allah Taala akan memakaikannya dengan pakaian yang serupa pada hari kiamat kelak kemudian ia akan dijilat api neraka.”

# Tidak menyerupai pakaian lelaki atau pakaian orang kafir.

Pakaian yang menutup tubuh badan tidak dikira sebagai memenuhi ciri pakaian Islam jika menyerupai pakaian orang kafir. Ia berdasarkan hadis Rasulullah SAW seperti diriwayatkan Ibn Abbas: “Rasulullah melaknat lelaki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai lelaki.”

Larangan menyerupai pakaian orang bukan Islam ini atas alasan ia boleh menjatuhkan martabat Islam dan penganutnya.

# Tidak bertabarruj.

Tabarruj dalam bahasa mudah boleh diertikan sebagai bersolek. Ada juga yang mengatakan tabarruj ialah melepaskan tudung kepalanya tetapi tidak mengikat/mengetatkannya, lalu terlihatlah rantai leher, anting-anting dan lehernya. Kesimpulannya tabarruj ialah memperlihatkan keelokan, kecantikannya yang sepatutnya wajib ditutup.

Larangan ini berdasarkan kepada firman Allah yang bermaksud: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku (tabarruj) seperti orang jahiliah dulu (pertama).” (Surah al-Ahzab, ayat 33)

Ayat itu petunjuk kepada isteri Nabi SAW supaya tetap di rumah dan tidak bertabarruj seperti orang jahiliah dulu. Konsep tabarruj jika dilihat dalam kerangka lebih luas meliputi perbuatan wanita mendedahkan aurat, memakai wangian apabila keluar rumah, cara berjalan atau tingkah laku yang menarik perhatian lelaki ajnabi.

Pakaian wanita menutup aurat mestilah memenuhi ciri disebutkan walau di mana mereka berada. Berdasarkan syarat itu juga dapat kita ukur sejauh mana wanita Muslimah sudah menutup aurat atau hanya bertudung saja seperti fenomena di Malaysia apabila ramai bertudung tetapi memakai pakaian tidak menepati syariat. Ia adalah fenomena pemakaian tudung kerana fesyen, ikut-ikutan, paksaan ataupun berdasarkan kejahilan dan bukannya ilmu Islam sebenar.

Penulis ialah Pensyarah di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia

Friday, July 02, 2010

REJAB MENJELMA LAGI...MENGHITUNG HARI RAMADHAN SYARIF

BULAN REJAB




Kalau diperhatikan kepada masyarakat kita Malaysia dalam bulan Rejab , ramai dikalangan kita mempunyai kepercayaan terhadap fadhilat bulan Rejab serta mereka melakukan amal ibadat tertentu dalam bulan Rejab berdasarkan hadith-hadith yang lemah lagi munkar ( palsu) .

Kata Qadhi Al-Fudhail bin Ayadh rahimahullah - :"sesungguhnya sesuatu amalan itu sekiranya dilakukan dengan rasa ikhlas tetapi tidak betul dan tepat maka ia tidak akan diterima dan sekiranya amalan itu dilakukan dengan betul dan tepat tetapi tidak dengan niat ikhlas maka ia tidak diterima juga, sehinggalah amalan itu dilakukan dengan rasa ikhlas dan betul serta bertepatan barulah ia diterima oleh Allah. Katanya lagi : yang dikatakan ikhlas ialah semata-mata kerana Allah swt dan yg dimaksudkan dengan betul atau betetapan itu ialah mengikut sunnah Nabi".

{sila lihat kita Jami' Ulum dan Hikam Ibnu Rejab : ms 72 }

Syarat diterima sesuatu amalan itu oleh Allah ada dua syarat:-

1) Niat ikhlas kepada Allah . Dalilnya firman Allah maksudnya : "Pada hal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepadaNya, lagi tetap teguh di atas tauhid dan supaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat dan yang demikian itulah agama yang benar" ( surah Al-Baiyinah :5)
2)Mengikut Sunnah Nabi. Dalilnya sabda Nabi maksudnya: "Barangsiapa yang beramal dengan satu amalan yang bukan dari pertunjuk kami maka ia tertolak" atau hadith :"barangsiapa yang mengreka-reka satu amalan dalam agama dimana amalan itu bukan dari agama maka ia tertolak ( tidak diterima)" [ hadith dari Aisyah r.aha riwayat Al-Bukhari dan Muslim , Kitab Syarah Sunnah oleh Al-Baghawi : jz 1/ ms 211 ]


Amalan bulan Rejab - Antara yang palsu dengan tulen

Oleh ABD AL-RAZZAQ ABD MUTHALIB



BULAN Rejab di antara bulan-bulan yang suci. Dinamakan Rejab bersempena dengan penghormatan terhadapnya pada zaman jahiliah, iaitu tidak melakukan sebarang peperangan di dalam bulan ini.

Telah menjadi amalan kebanyakan umat Islam untuk menghidupkan bulan ini dengan pelbagai amalan. Persoalannya, adakah amalan-amalan tersebut dilakukan dengan ikhlas dan menepati sunah Rasulullah s.a.w. untuk melayakkan amalan tersebut diterima? Menyentuh persoalan ikhlas, kemungkinan semua orang memilikinya, tetapi adakah amalan tersebut bertepatan dengan syariat dan sunah Rasulullah s.a.w.? Justeru, menjadi kewajipan umat Islam untuk menyemak dan memastikan segala amalan yang dilakukannya itu bertepatan dengan syariat dan sama dengan cara yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w.

Di antara amalan-amalan yang dilakukan oleh umat Islam dalam bulan Rejab, yang tidak menepati sunah Rasulullah s.a.w. ialah:

1) Menghidupkan malam ke-27, dan dinamakan dengan malam Israk dan Mikraj. Sememangnya tidak dapat dinafikan bahawa peristiwa Israk dan Mikraj merupakan salah satu peristiwa besar dan penting di dalam sejarah Islam. Ia bukti kebesaran Allah s.w.t. dan kebenaran Nabi Muhamad s.a.w. serta risalah yang dibawa Baginda.

Tersebar luas di kalangan umat Islam bahawa peristiwa agung ini berlaku pada malam 27 Rejab. Maka sebahagian besar umat Islam menyambut dan menghidupkan malam ini dengan amalan-amalan khusus dan mengharapkan fadilat-fadilat tertentu.

Tetapi pendapat ini tidak tepat sebagaimana disebut oleh Syeikh Abdullah bin Abd al-Aziz bin Baz: ``Dan malam ini yang dikatakan berlaku padanya peristiwa Israk Mikraj, tiada satu hadis sahih pun yang menyebut tentang tarikh peristiwa ini secara khusus, dan semua pendapat yang menyebut tentang tarikh berlakunya peristiwa ini secara khusus adalah tidak thabit daripada Rasulullah s.a.w. di sisi ulama hadis, dan kepada Allah jualah diserahkan segala hikmah di sebalik rahsia ini kepada manusia, dan walau sekiranya terdapat hadis sahih yang menjelaskan tentang perkara ini, tetap juga tidak dibenarkan umat Islam menghidupkan malam ini dengan amalan-amalan yang khusus, serta tidak harus untuk menghidupkannya dengan sebarang perayaan kerana Rasulullah s.a.w. dan para sahabat r.a. tidak pernah merayakannya dan tidak melakukan sebarang amalan khusus.

``Sekiranya menghidupkan atau merayakan malam ke-27 ini amalan yang disyariatkan, semestinya Nabi s.a.w. akan menunjukkan panduannya sama ada dengan kata-kata atau perbuatannya, dan sekiranya amalan ini pernah dilakukan oleh Baginda s.a.w., semestinya akan diketahui dan masyhur serta akan disampaikan oleh para sahabat kepada kita.''

2) Berpuasa penuh pada bulan

Rejab atau sebahagiannya dengan menganggap ia mempunyai fadilat yang khas. Sesetengah umat Islam akan berpuasa pada bulan ini sepenuhnya atau sebahagiannya, dan mereka menganggap puasa ini mempunyai kelebihan dan fadilat yang khusus. Tetapi malangnya, ganjaran atau kelebihan yang khusus bagi mereka yang melakukan amalan ini tidak bersumberkan al-Quran atau hadis-hadis yang sahih. Bahkan ia diambil daripada hadis-hadis yang maudhuk (palsu), dan yang lebih malang lagi hadis-hadis ini disebarkan oleh golongan-golongan agama atau ustaz-ustaz kepada masyarakat Islam, sama ada di dalam kuliah-kuliah mereka atau melalui penulisan. Di antara hadis-hadis maudhuk yang tersebar luas mengenai fadilat puasa pada bulan Rejab ini ialah:

i. Ibnu al-Jauzi menyebutkan riwayat Muhamad bin Abdul-Baqi daripada Abu Bakr Muhamad bin al-Hassan al-Naqqasy, daripada Abu Said r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: Rejab adalah bulan Allah, Syaaban bulanku dan Ramadan bulan umatku, maka sesiapa yang berpuasa pada bulan Rejab dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala daripada Allah, maka ia wajib mendapat keredhaan Allah Yang Maha Agung dan ditempatkannya di Syurga Firdaus yang tertinggi.

Sesiapa yang berpuasa dua hari dalam bulan Rejab, maka baginya pahala dua kali ganda, timbangan tiap-tiap ganda bagaikan bukit-bukit di dunia. Sesiapa yang berpuasa tiga hari pada bulan Rejab, maka Allah menjadikan antaranya dan neraka sebuah parit yang panjangnya setahun perjalanan. Sesiapayang berpuasa empat hari dalam bulan Rejab maka ia akan diselamatkan daripada bala, gila, kusta, sopak, fitnah al-Masih ad-Dajjal dan daripada azab kubur.'' Ibnu al-Jauzi menghukum hadis ini sebagai maudhuk.

ii. Ibnu Shahin meriwayatkan daripada Ali daripada Harun bin `Antarah bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: Sesungguhnya bulan Rejab adalah bulan yang agung, maka sesiapa yang berpuasa sehari dalam bulan Rejab, nescaya Allah menuliskan baginya puasa seribu tahun. Sesiapa yang berpuasa dua hari dalam bulan Rejab, maka Allah menuliskan baginya puasa dua ribu tahun. Sesiapa yang berpuasa tiga hari dalam bulan Rejab, maka Allah menulis baginya puasa tiga ribu tahun. Menurut Ibnu `Iraq: ``Hadis ini adalah maudhuk tanpa syak lagi. Harun bin `Antarah pula di sisi Ibnu Hibban adalah seorang pereka hadis.

3. Diriwayatkan daripada Ali bin Abu Talib r.a bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: Aku dibangkitkan sebagai Nabi pada 27 Rejab, maka sesiapa yang berpuasa pada hari itu dan ia berdoa sewaktu berbuka puasa, maka puasa itu menjadi kifarat baginya selama sepuluh tahun. Hadis ini disebut oleh al-Hafidz Ibnu Hajar daripada Kitab Fawaid susunan Abu al-Hassan bin Shakhr dengan sanad yang batil.

Bercanggah

Demikianlah di antara contoh sebahagian kecil hadis-hadis palsu yang tersebar di kalangan masyarakat Islam mengenai fadilat puasa pada bulan Rejab ini. Masih terdapat banyak lagi hadis palsu lain mengenai fadilat puasa pada bulan ini yang sesetengah daripada fadilat tersebut tidak dapat diterima oleh akal yang sejahtera, apatah lagi ia bercanggah dengan kaedah dan prinsip asas agama.

Al-Hafiz Ibn Hajar dalam menyentuh perkara ini berkata: ``Tidak terdapat hadis-hadis yang boleh dijadikan hujah yang menyebut tentang fadilat khusus bulan Rejab, atau fadilat berpuasa (sepenuhnya) pada bulan ini, atau berpuasa sebahagiannya, atau menghidupkan malamnya yang khusus.''

Al-Imam As-Syaukani pula menyebut di dalam kitabnya, al-Fawaid: ``Dalam satu risalahnya Ali bin Ibrahim al-`Athar berkata: ``Apa yang diriwayatkan mengenai keutamaan puasa Rejab semuanya maudhuk dan daif (lemah), tidak mempunyai sumber.''

Selain amalan yang disebutkan ini, terdapat lagi amalan khusus lain yang disebarkan seperti amalan membaca apa yang disebut sebagai `Istighfar Rejab'. Disebutkan di antara fadilatnya ialah sesiapa yang menulis atau menggantung atau membawa atau membaca istighfar Rejab ini, maka ia akan mendapat pahala sebanyak 80,000 pahala para Nabi.

Terdapat juga sesetengah umat Islam yang menunaikan umrah pada bulan ini dengan menganggap ia mempunyai fadilat khusus jika dilakukan pada bulan Rejab.

Demikianlah sebahagian amalan yang biasa dilakukan oleh umat Islam di dalam bulan Rejab ini, yang tidak bersumberkan Rasulullah s.a.w. Persoalan yang mesti diulang fikirkan lagi adakah amalan-amalan tersebut akan diterima oleh Allah dan mendapat ganjarannya? Atau ia tidak mendapat apa-apa kecuali penat dan letih sahaja? Semoga Allah s.w.t. mengampunkan kesalahan yang dilakukan di atas kejahilan kita. Marilah kita bersama-sama membenteras kegiatan penyebaran hadis-hadis palsu di kalangan umat Islam. Pastikan ibadah yang kita lakukan benar-benar menepati sunah Rasulullah s.a.w. dan diiringi dengan keikhlasan kepada Allah s.w.t.



dipetik dari utusan online : http://www.utusan.com.my/utusan/archive.asp?y=2005&dt=0826&pub=Utusan_Malaysia&sec=Bicara_Agama&pg=ba_02.htm